Cerita dari Taman Nasional Way Kambas

beritakecelakaan.com – Pada 10 September 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kabar duka mengenai kematian anak gajah bernama Kalistha Lestari, atau akrab disapa Tari, di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau. Kematian mendadak Tari memicu keprihatinan luas, karena selama ini ia menjadi simbol harapan konservasi Gajah Sumatera yang jumlahnya semakin terancam.

Saya merasa sangat tersentuh oleh kabar ini, karena baru-baru ini saya berkesempatan mengunjungi Taman Nasional Way Kambas di Lampung. Di sana, saya bertemu Nisa, seekor anak gajah yang usianya bahkan lebih muda dari Tari. Momen bermain dengan Nisa yang lincah dan penuh rasa ingin tahu kembali menghadirkan kenangan hangat tentang pentingnya konservasi gajah. Saya juga menyaksikan secara langsung berbagai upaya pelestarian yang dilakukan di Way Kambas untuk melindungi satwa-satwa ini.

Perjalanan Road Trip ke Way Kambas

Perjalanan saya dimulai dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak pada malam Kamis bersama rombongan teman-teman. Trip ini sebenarnya mendadak, baru direncanakan sehari sebelumnya. Kami memutuskan menempuh perjalanan darat dan menyeberang ke Lampung melalui kapal feri.

Kami tiba di Pelabuhan Merak pada Jumat pagi pukul 04.00 WIB dan langsung menyeberang menggunakan kapal feri biasa. Pengalaman ini terasa unik, karena ini pertama kalinya saya naik kapal feri. Perjalanan sekitar 2,5–3 jam terasa santai, karena tidak terburu-buru. Menjelang subuh, saya keluar ke dek kapal untuk menikmati udara pagi dan melihat matahari perlahan terbit di ufuk timur. Cahaya jingga memantul di permukaan laut, sementara dari kejauhan, Pulau Sumatra mulai terlihat. Kami tiba di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 07.00 WIB dan keluar dari kapal secara bergiliran bersama kendaraan lain.

Setelah beristirahat sebentar di area pelabuhan, kami melanjutkan perjalanan darat menuju Way Kambas. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam tanpa tol, dengan suasana jalan yang relatif sepi. Beberapa titik jalan rusak masih bisa dilalui dengan aman. Saat memasuki kawasan Way Kambas, pemandangan berubah menjadi hutan lebat yang menuntun kami ke penginapan di dalam kompleks taman nasional.

Interaksi Langsung dengan Gajah di Way Kambas

Kami tiba di penginapan sekitar pukul 13.00 WIB dan beristirahat sejenak. Setelah salat Jumat, sekitar pukul 14.00, kami menyewa mobil jeep dari penginapan untuk menjelajahi kawasan konservasi. Way Kambas menawarkan beberapa paket tur, mulai dari tur mandiri, perjalanan kelompok, hingga paket khusus yang disesuaikan permintaan. Kami memilih paket mandiri dengan mobil jeep sewaan, yang memberikan fleksibilitas penuh untuk menjelajahi area konservasi.

Di pusat pelatihan gajah, saya bertemu Nisa, anak gajah berusia 16 bulan yang menjadi primadona Way Kambas. Nisa belum mengikuti program pelatihan, sehingga selalu berada di dekat induknya. Meski demikian, tingkah laku lincahnya membuat Nisa sangat populer. Untuk berinteraksi dan berfoto dengannya, pengunjung harus mengikuti gerakannya yang gesit. Kehadiran Nisa bahkan sempat viral di media sosial dan berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan ke taman nasional.

Selain memberi makan dan berfoto bersama gajah, pengunjung juga dapat memandikan gajah secara langsung. Aktivitas ini berlangsung dua kali sehari dan terbuka untuk semua pengunjung. Saya menyaksikan momen lucu saat Nisa ikut memandikan neneknya, Kartijah, yang membuat para pengunjung tertawa melihat tingkahnya yang polos dan menggemaskan.

Menjelajahi Alam Savana dan Kehidupan Liar

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ekspedisi alam menggunakan mobil jeep di hamparan savana Way Kambas. Savana luas dikelilingi pepohonan hijau dan suara alam yang menenangkan, sementara udara segar dan aroma padang rumput menambah kenikmatan perjalanan.

Di kejauhan, kawanan gajah liar terlihat bergerak tenang, beberapa mencari rumput, dan yang lain berjalan beriringan menunjukkan ikatan sosial yang kuat. Momen ini menghadirkan kesadaran mendalam mengenai pentingnya menjaga habitat alami satwa ini. Di Way Kambas, pengunjung bisa melihat gajah yang sudah dilatih sekaligus gajah liar yang hidup bebas, mencerminkan keseimbangan antara konservasi dan alam bebas.

Pengalaman ini menyadarkan saya akan pentingnya peran manusia dalam melindungi spesies yang terancam punah. Kematian Tari menjadi pengingat bahwa konservasi bukan sekadar simbol, tetapi tindakan nyata yang harus terus didorong. Melalui kunjungan ke Way Kambas, saya menyaksikan upaya pelestarian, interaksi manusia dan gajah, serta dampak positif dari wisata edukatif yang mendorong kepedulian masyarakat.

nita mantan steamer