Kepala Dusun Sawu 1 di Kecamatan Mauponggo Mendengar Teriakan Minta Tolong dan Melihat Kaki

 

beritakecelakaan.com – Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, menjadi salah satu wilayah terdampak parah akibat banjir bandang yang terjadi pada awal September 2025. Hujan deras yang mengguyur Pulau Flores sejak Minggu malam, 7 September 2025, hingga Selasa pagi, 9 September 2025, memicu longsor dan banjir di beberapa kecamatan. Kecamatan Mauponggo tercatat mengalami dampak paling serius dari 18 desa di empat kecamatan yang terdampak bencana.

Berdasarkan laporan sementara, banjir bandang menyebabkan lima warga meninggal dunia, tiga lainnya masih dalam pencarian, satu dirawat di RSUD Aeramo, dan puluhan rumah warga di bantaran Kali Lowo Koke rusak berat bahkan rata tanah. Beberapa warga juga mengalami luka-luka, sementara puluhan keluarga terpaksa mengungsi.

Kepala Dusun Sawu 1 Memimpin Evakuasi Darurat

Wilhelmus Albertus Dheke, Kepala Dusun Sawu 1, menceritakan pengalaman menegangkan saat banjir melanda wilayahnya pada Senin, 8 September 2025. Pada pukul 16.00 WITA, banjir mulai menyapu desa, kemudian surut sementara pada pukul 17.00 WITA, sebelum kembali meluap pada pukul 19.00 WITA dengan volume air yang jauh lebih besar.

“Ketika kami mencoba menyeberangi jembatan Teodhae 2, jembatan itu sudah putus, dan sebuah rumah terbawa arus banjir. Airnya sangat deras, lebarnya sekitar 30 meter, sehingga kami tidak berani melewati,” ujar Wilhelmus.

Saat itu, Wilhelmus dan sejumlah warga sempat memperingatkan satu keluarga yang beranggotakan enam orang untuk segera mengevakuasi diri. Sayangnya, mereka mengabaikan peringatan tersebut.

Pertarungan Mencari Korban dan Membebaskan Teriakan Kesakitan

Wilhelmus menjelaskan bahwa Kepala Dusun 2 meminta bantuannya untuk mencari sensor guna memotong pohon yang terbawa arus. Salah satu warga terjebak dan menjerit minta tolong karena tertimpa kayu. “Kami langsung berusaha mencari sensor meski beberapa ruas jalan longsor, dan akhirnya memutuskan berjalan kaki ke Desa Keliwatulewa untuk meminta alat tambahan,” katanya.

Dengan peralatan terbatas, Wilhelmus dan beberapa pemuda mulai memotong kayu besar yang menimpa korban. Mereka hanya mendengar suara seorang bibi yang minta pertolongan, sementara tiga orang lainnya di rumah tersebut belum diketahui kondisinya.

Setelah beberapa kayu berhasil dipotong, tim berhasil mengevakuasi tiga korban yang telah meninggal, yakni Om Gius, anaknya, dan ibu mertuanya. Korban yang selamat langsung dibawa ke Puskesmas Mauponggo. Wilhelmus menambahkan, “Kami menempatkan jenazah sementara di atas batu besar karena hujan deras disertai petir, hingga bisa dipindahkan dengan aman.”

Bantuan Pemerintah dan Kekecewaan Warga

Wilhelmus mengungkapkan keterlambatan respon pemerintah kabupaten Nagekeo. “Bantuan dari pemerintah baru tiba Selasa pagi hingga sore. Saat itu kami kewalahan menangani korban dan evakuasi,” katanya.

Hari kedua bencana, anggota Koramil 04 Mauponggo dan Polsek Mauponggo mulai membantu proses evakuasi korban lainnya dan mencari warga yang hilang. Meski demikian, Wilhelmus tetap menilai koordinasi pemerintah daerah lambat dalam merespons banjir yang mulai terjadi sejak Senin sore.

Korban Masih Dalam Pencarian dan Warga Mengungsi

Hingga hari keempat pasca bencana, tim SAR bersama TNI dan warga setempat masih mencari tiga korban yang hilang, termasuk Desiderius Geraldi (14 bulan), Mariano Tom Busa Jago (29), dan Sebastiana So’o (42).

Korban tewas tercatat lima orang, satu kritis dirawat di RSUD Aeramo, dan tiga orang mengalami luka-luka. Selain itu, lebih dari 30 warga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga.

Wilhelmus menegaskan, meski bencana meninggalkan trauma mendalam, semangat solidaritas warga tetap tinggi. Warga, aparat TNI, dan tim SAR bekerja sama dengan penuh dedikasi untuk menyelamatkan korban dan membersihkan puing-puing banjir.

Bencana banjir bandang di Kecamatan Mauponggo menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan, koordinasi pemerintah yang cepat, dan peran aktif masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Warga desa yang terdampak tetap membutuhkan dukungan logistik, perlindungan kesehatan, dan perhatian pemerintah agar pemulihan pasca-bencana dapat berjalan lancar.

nita mantan steamer