Menyedihkan, Enam Bulan Tanpa Jembatan, Anak SD di Aceh Tengah Mengambil Risiko Nyawanya untuk Pergi ke Sekolah

Laporan Alga Mahatae Ara | Aceh Tengah

beritakecelakaan.com – TAKENGON– Di tengah pesatnya laju pembangunan, sebuah potret menyedihkan terungkap dari pedalaman Kabupaten Aceh Tengah.

Ratusan anak-anak Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rusip Antara, Kecamatan Rusip Antara, Aceh Tengah, harus mempertaruhkan nyawa mereka setiap hari.

Untuk sampai ke sekolah, mereka menyeberangi sungai menggunakan perahu darurat, sebuah perjuangan yang telah berlangsung selama enam bulan terakhir sejak jembatan satu-satunya yang menjadi akses utama mereka roboh.

Jembatan yang berusia sekitar 40 tahun itu runtuh akibat korosi dan faktor usia, memutus akses vital bagi 124 siswa dan masyarakat sekitar.

beritakecelakaan.com, pada, Kamis (12/9/2025), hadir ke lokasi untuk mendengarkan langsung kisah dari mereka yang terlibat dalam perjuangan sehari-hari ini.

Bagi anak-anak di Rusip Antara, semangat untuk belajar tidak pernah padam meskipun dihadapkan pada rintangan yang mengancam keselamatan.

Wakil Kepala Sekolah SD Negeri 1 Rusip Antara, Rusli, menyaksikan langsung kegigihan para siswanya.

“Kadang mereka bilang, ‘Baju saya basah, Pak.’ Saya suruh mereka pulang, tapi mereka tetap bilang tidak mau. Mereka tetap semangat untuk sekolah,” kata Rusli.

Awalnya, orang tua terpaksa mengantar anak-anak mereka melalui jalan alternatif sejauh 6 kilometer, namun inisiatif masyarakat setempat membuat rakit darurat untuk mempercepat perjalanan.

Berisiko Tinggi, Orang Tua Khawatir

Meskipun demikian, perahu itu tetap menyimpan risiko besar, membuat pakaian seragam menjadi basah kuyup akibat percikan air sungai menjadi pemandangan yang biasa terjadi.

Kecemasan yang mendalam tidak hanya dirasakan oleh para guru, tetapi juga oleh orang tua siswa.

Azhar (50), salah satu orang tua siswa yang memiliki anak di kelas satu, berbagi kekhawatirannya.

Ia menyatakan betapa berbahayanya perahu tersebut, terutama saat musim hujan tiba dan debit air sungai meningkat.

“Jika musim hujan, bahkan jika jatuh, bukan hanya satu orang, terkadang sampai 10 orang,” kata Ajihar.

Ia menjelaskan, meskipun ada jalan yang lebih memutar, mereka seringkali bergantung pada perahu rakit karena jarak yang lebih pendek.

“Baik atau tidak, dia harus pergi ke sekolah, ingin naik takut,” cerita Ajihar menggambarkan dilema yang dihadapi anaknya setiap hari.

Perjuangan Ajihar dan orang tua lain juga tidak mudah.

“Kadang diantar, kadang dijemput. Tidak ada yang menjemput, pulang naik rakit. Menunggu orang tua lain lagi, baru naik rakit,” jelasnya, menyoroti betapa sulitnya koordinasi untuk memastikan keselamatan anak-anak mereka.

Mempengaruhi Ekonomi Masyarakat

Putusnya jembatan ini juga berdampak signifikan pada sektor ekonomi masyarakat.

Dampak putusnya jembatan ini juga menyebar ke sektor ekonomi.

Menurut Kepala Desa (Reje), Bukhari Rejo Tanjung, jembatan itu merupakan akses utama bagi sekitar 300 hektar lahan pertanian warga.

Meskipun banyak laporan telah disampaikan, hingga saat ini belum ada perbaikan nyata.

Ia mengakui, anggaran desa tidak mampu menanggung perbaikan jembatan yang membutuhkan dana besar.

Namun, secercah harapan muncul setelah Wakil Bupati Aceh Tengah, Muchsin Hasan mengunjungi lokasi tersebut dan berjanji akan mempercepat perbaikan.

“Insyaallah bulan ke-10 akan segera dibangun,” kata Bukhari, penuh harap.

Usulkan Lima Jembatan ke Kementerian PUPR

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Aceh Tengah, Pijas Visara kepadaberitakecelakaan.com, Rabu (10/9/2025), mengungkapkan bahwa jembatan gantung di Kampung Tanjung sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki dan harus dibangun jembatan permanen.

“Pembangunan jembatan gantung di Kampung Tanjung sebenarnya sudah kita masukkan dalam program prioritas, kondisi jembatan gantung saat ini sudah harus dilakukan pembangunan jembatan yang permanen karena sudah tidak mungkin kita lakukan perbaikan”, ujar Pijas.

Disebutkan, pihaknya telah menyiapkan DED untuk pembangunan jembatan rangka baja di lokasi jembatan gantung yang sudah rusak tersebut pada tahun 2024 lalu.

“Pada Juli 2024, kami telah mengirimkan surat usulan ke Kementerian PUPR terkait pembangunan 5 (lima) jembatan gantung yang menjadi prioritas di Kabupaten Aceh Tengah, salah satunya adalah penggantian jembatan gantung di Kampung Tanjung,” kata Pijas.

Menurutnya, pada tanggal 18 November 2024 lalu, pihak Kementerian PUPR sudah meninjau ke lokasi jembatan gantung yang mereka usulkan dan didampingi perangkat kampung.

“Hasil komunikasi kami dengan pihak Kementerian baru-baru ini sampai pada tahap proses usulan. Pada tahun 2025 masih tahap perencanaan di Kementerian. Semoga pada tahun 2026 pembangunan jembatan gantung yang kami usulkan bisa segera terlaksana. Sampai saat ini kami tetap berkomunikasi dengan Kementerian PUPR. Jika tahun 2026 jembatan tersebut tidak dibangun oleh Kementerian, maka dinas PUPR Kabupaten akan menganggarkan pembangunan pada tahun yang sama,” jelas Pijas.

Pijas menegaskan bahwa Pemerintah Daerah tidak tinggal diam dalam masalah ini.

“Saat ini kami hanya berharap kegiatan masyarakat menggunakan jembatan gantung yang berada di Kampung Paya Tampu, yang jaraknya memang cukup jauh dari jembatan yang rusak sekarang, sekitar 1,5 km. Kami tetap mencari solusi pembangunan jembatan di Kampung Tanjung ini, baik jembatan permanen maupun jembatan gantung, secepatnya dilakukan pembangunannya”, tutupnya. (*)

nita mantan steamer