Tragedi Sungai Ogan Palembang: Dua Bocah Tewas Usai Bermain Tahan Napas, Tim SAR Intensifkan Pencarian
Tragedi Sungai Ogan Palembang: Dua Bocah Tewas Usai Bermain Tahan Napas, Tim SAR Intensifkan Pencarian
beritakecelakaan.com – Senin pagi, 1 September 2025, sekitar pukul 10.00 WIB, suasana di muara Sungai Ogan, Kecamatan Kertapati, Palembang, berubah mencekam. Dua bocah laki-laki berusia delapan tahun, Muhammad Alvi dan Ari, hilang setelah mengikuti permainan tahan napas di bawah Jembatan Ogan.
Awalnya, Alvi mengajak Ari untuk lomba tahan napas di dalam air. Ari menyetujui ajakan tersebut. Mereka pun menyelam hampir bersamaan. Namun, waktu terus berjalan, keduanya tidak segera muncul ke permukaan. Seorang teman yang ikut bermain di tepi sungai panik ketika melihat Alvi dan Ari tak kunjung keluar. Ia berlari ke perumahan terdekat dan meminta bantuan warga. Dalam hitungan menit, kabar itu menyebar cepat dan warga langsung berbondong-bondong menuju lokasi.
Respon Cepat Warga dan Aparat
Warga sekitar segera berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk menggelar pencarian. Polsek Kertapati datang ke lokasi dan mengamankan pakaian milik kedua korban sebagai barang bukti. Sementara itu, Basarnas Palembang bersama instansi SAR lainnya menurunkan personel, perahu karet, dan perlengkapan penyelaman. Mereka menyisir muara Sungai Ogan dan memeriksa area di sekitar jembatan. Hingga sore hari, pencarian masih berlangsung intensif, namun tubuh kedua bocah belum berhasil ditemukan.
Bahaya Lomba Tahan Napas Saat Berenang
Peristiwa ini menegaskan betapa berbahayanya permainan tahan napas di air. Banyak anak menganggapnya sekadar permainan aman, padahal risikonya sangat tinggi. Tubuh bisa tiba-tiba kehilangan kesadaran akibat hipoksia, yaitu kekurangan oksigen, tanpa memberi tanda bahaya. Dalam kondisi itu, seseorang tidak mampu meminta pertolongan, sehingga risiko tenggelam meningkat tajam. Beberapa kasus tenggelam di sungai, danau, maupun kolam renang sering berawal dari permainan seperti ini.
Pentingnya Edukasi Keselamatan Air
Kasus tragis di Sungai Ogan memberikan pelajaran berharga bagi orang tua dan masyarakat. Anak-anak perlu mendapatkan edukasi sejak dini tentang bahaya bermain di air. Orang tua harus melarang anak melakukan lomba tahan napas, menyelam tanpa batas waktu, atau bermain air tanpa pengawasan. Selain itu, pengawasan langsung mutlak diperlukan ketika anak bermain di sungai, kolam terbuka, atau bahkan di kolam renang umum.
Pemerintah daerah juga perlu menyediakan papan peringatan, patroli sungai, serta program edukasi keselamatan air di sekolah-sekolah. Dengan begitu, anak-anak bisa lebih memahami risiko dan belajar mengutamakan keselamatan.
