Kematianya Menyedihkan Israel, Charlie Kirk Pernah Menghina Nabi Muhammad dan Mendukung Zionis di Gaza

beritakecelakaan.com – WASHINGTON – Influencer dan anggota sayap kanan Amerika Serikat, Charlie Kirk (31), tewas ditembak saat memberikan pidato di depan ribuan pendukungnya di Utah Valley University, Rabu (10/9/2025). Penembakan ini menarik perhatian luas baik di dalam maupun luar AS. Beberapa menit setelah kejadian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan rasa simpatinya terhadap Kirk.

Netanyahu menilai Kirk sebagai “teman Israel yang berhati singa, yang melawan kebohongan dan teguh membela peradaban Yahudi-Kristen.” Ia menambahkan bahwa Kirk baru saja berbicara dengannya dua minggu sebelumnya dan telah diundang ke Israel, namun kunjungan itu tidak sempat terlaksana. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menegaskan Kirk mewakili nilai-nilai Yahudi-Kristen yang menyatukan Israel dan Amerika, serta menilai Kirk sebagai pejuang tak kenal takut demi kebenaran dan kebebasan. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga menyebut Kirk sebagai sahabat sejati Israel, sedangkan mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz menggambarkannya sebagai pembela setia nilai-nilai Amerika dan Israel.

Pandangan Kontroversial Kirk Memicu Kritik

Kirk kerap menimbulkan kontroversi karena pandangannya yang keras terhadap Islam. Ia menuduh Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai liberal dan menyatakan bahwa komunitas Muslim di AS bekerja sama dengan gerakan kiri untuk menjatuhkan Barat. Dalam unggahan media sosial sehari sebelum penembakan, Kirk menulis, “Islam adalah pedang yang digunakan kiri untuk menggorok leher Amerika.” Ia menegaskan Islam tidak mengakui kebebasan berbicara, kebebasan beragama, dan pemisahan antara masjid dan negara.

Kirk bahkan membandingkan Nabi Muhammad dengan pelaku kejahatan seksual anak, Jeffrey Epstein, terkait pernikahan Nabi Muhammad dengan Aisyah di usia muda. Pada Juni 2024, Kirk memperingatkan kebangkitan Islam, menyatakan, “Kami tidak peduli, itulah yang kami lakukan di sini. Islam tidak cocok dengan peradaban Barat.” Ia juga dikenal sebagai pendukung kuat Israel dan menolak klaim keberadaan Palestina. Mei 2025, Kirk berdebat dengan mahasiswa pro-Palestina di Cambridge, menegaskan yang menyerang Israel harus siap menghadapi reaksi keras. Ia membantah kelaparan yang terjadi di Gaza, menyebut laporan PBB sebagai “perang visual.”

Penyelidikan FBI dan Penangkapan Bukti

Para penyidik AS merilis foto dan video orang-orang yang diduga terlibat dalam penembakan Kirk. Mereka juga menemukan senapan yang kemungkinan digunakan dalam pembunuhan politik ini. Meski penyidik belum membahas motif secara resmi, mantan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia memiliki indikasi tentang motivasi pelaku dan menambahkan, “Kami akan memberi tahu Anda nanti.” Aparat penegak hukum telah membuat kemajuan signifikan dalam penyelidikan.

FBI dan pejabat negara bagian menyebut pembunuh tiba di kampus beberapa menit sebelum acara debat Kirk bertajuk “Buktikan Saya Salah,” yang dihadiri sekitar 3.000 orang. Rekaman kamera keamanan menunjukkan pelaku naik ke atap sebelum menembak. Saat itu, Kirk sedang menjawab pertanyaan mengenai penembakan massal ketika peluru mengenai lehernya. Para penonton berhamburan panik, dan Kirk meninggal di lokasi kejadian.

Reaksi dan Dampak Penembakan

Kematian Kirk memicu reaksi internasional, khususnya dari pejabat Israel yang menekankan nilai-nilai Yahudi-Kristen dan dukungan terhadap Israel. Sementara di Amerika, penembakan ini menimbulkan diskusi mengenai keamanan di kampus dan ancaman terhadap tokoh publik dengan pandangan politik kontroversial. Aparat penegak hukum terus menelusuri kemungkinan motif politik di balik penembakan dan menegaskan akan menindak pelaku sesuai hukum.

Para penyidik berupaya mengidentifikasi pelaku dan menyelidiki kemungkinan adanya jaringan yang mendukung serangan tersebut. Kejadian ini menjadi pengingat serius tentang risiko terhadap tokoh publik dengan pandangan ekstrem serta pentingnya keamanan di lokasi publik. Selain itu, insiden ini memicu perdebatan lebih luas mengenai kebebasan berbicara, ekstremisme politik, dan hubungan internasional AS-Israel.

nita mantan steamer