Polres Probolinggo Sarankan Pembangunan Jalur Darurat Usai Tragedi Bus di Bromo

beritakecelakaan.com – Polres Probolinggo mengeluarkan rekomendasi penting setelah kecelakaan bus pariwisata di rute Bromo menewaskan sembilan orang. Kapolres AKBP M. Wahyudin Latif menyerukan agar instansi terkait cepat membangun jalur darurat di titik rawan. Langkah ini dianggap krusial untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

Insiden Bus Pariwisata dan Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan terjadi pada Minggu, 14 September 2025, ketika bus rombongan RS Bina Sehat (RSBS) Jember mengalami rem blong di kawasan Lumbang. Bus menabrak tebing setelah sopir kehilangan kendali. Sopir, Albahri (60), kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Menurut penyelidikan, pengemudi diduga memindah gigi secara tak tepat dan terus menginjak rem sehingga kampas panas.

Akibat kecelakaan, puluhan penumpang luka dan sembilan orang tewas. Bus tersebut mengangkut 55 orang. Perjalanan melalui Jalan Raya Boto, Lumbang — jalur ekstrem dengan tanjakan, turunan curam, dan tikungan tajam — dianggap menuntut standar kendaraan lebih tinggi.

Rekomendasi Jalur Darurat dan Inspeksi Berkala

Kapolres Latif menyatakan bahwa pihaknya merekomendasikan pembangunan jalur darurat di titik-titik rawan kecelakaan di jalur wisata Bromo. Ia meminta instansi Pekerjaan Umum (PU) segera menindaklanjuti usulan tersebut agar keamanan jalan meningkat.

Selain itu, Polres Probolinggo menuntut agar Dinas Perhubungan Kabupaten memperketat ramp check atau inspeksi kelayakan kendaraan. Pemeriksaan rutin terutama di akhir pekan penting agar bus pariwisata layak jalan sebelum memasuki jalur ekstrem Bromo.

Latif juga mengingatkan bahwa kendaraan dengan transmisi matik tidak sebaiknya melintas jalur Bromo. Sistem pengereman jenis itu dianggap kurang sesuai untuk medan yang berat guna menghindari risiko rem gagal.

Harapan dan Tantangan Keamanan Lalu Lintas Jalur Wisata

Rekomendasi ini muncul sebagai respons tegas atas tragedi yang mengulang catatan panjang kecelakaan di jalur Bromo. Polres berharap langkah pencegahan ini bisa menyelamatkan nyawa wisatawan dan mengurangi insiden fatal.

Namun, tantangan teknis tidak kecil. Pembangunan jalur darurat harus mempertimbangkan kontur alam, kemiringan jalan, dan kelestarian lingkungan. Sementara itu, inspeksi kendaraan memerlukan sumber daya dan koordinasi lintas instansi.

Masyarakat berharap agar pembangunan jalur darurat segera terlaksana dan pemeriksaan kendaraan lebih profesional. Bila direalisasikan, rekomendasi ini bisa menjadi titik balik dalam peningkatan keselamatan transportasi di kawasan wisata ekstrem seperti Bromo.

Publik menantikan agar pembangunan jalur darurat dan sistem pengawasan kendaraan berjalan beriringan demi mencegah tragedi baru di masa mendatang.

nita mantan steamer